Beritatrendmasakini.com – Wisata, Aceh Besar – Pulo Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Aceh memiliki sejuta pesona. Sayang, destinasi ini seakan dilupakan.
Objek wisata Pulo Aceh tidak kalah indahnya dengan Sabang atau juga tempat lainnya. Namun, ‘surga’ di ujung barat Indonesia ini masih belum didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Untuk dapat menyeberang ke Pulo Aceh dari Banda Aceh, ada dua alternatif yang tersedia. Kapal Motor penyeberangan (KMP) papuyu dan kapal nelayan. Di pulau sana ada dua pulau yang dapat dikunjungi oleh traveler yaitu Pulo Nasi dan Pulo Breuh. Jalur yang harus dilalui untuk menuju ke pulau tersebut juga berbeda.
Traveler yang ingin ke Pulo Aceh dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 1,5 jam dengan mengendarai KMP Papuyu yang bersandar di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.
Sedangkan jarak temput dengan kapal nelayan yang pakir di bawah jembatan menuju Ulee Lheue sekitar satu jam. Mencapai ke lokasi, traveler akan turun di Pelabuhan Lamteng, Pulo Nasi, Pulo Aceh.
Sedangkan untuk bisa menuju ke Pulo Breuh, hanya memiliki satu alternatif. Kapal nelayan di Dermaga Lampulo, Banda Aceh menjadi satu-satunya alat transportasi ke Lampuyang. Selain membawa warga, kapal ini juga bisa mengangkut motor hingga hewan ternak seperti sapi atau kerbau.
Alat transportasi menuju ke sana memang masih terbatas. Meski demikian, kapal nelayan yang melayani pelayaran setipa hari. Sementara KMP Papuyu memiliki jadwal khusus. Warga Pulo Breueh atau pun Pulo Nasi yang ingin berbelanja ke Banda Aceh lebih memilih menyeberang menggunakan kapal nelayan yang berukuran sekitar 35 GT.
Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali, mengakui sarana transportasi ke Pulo Aceh masih menjadi kendala untuk bisa memajukan pariwisata di sana. Ke depan, pihaknya akan bekerja sama dengan pihak travel termasuk dengan menyediakan fasilitas penginapan di pulau terluar dan terdepan Aceh Besar tersebut.
“Pemerintah akan menyediakan fasilitas seperti transportasi, penginapan dan lain-lainnya. Kita juga akan mendorong, harus ada travel yang bekerjasama dan pengusaha-pengusaha yang ingin bekerja sama,” ucap Mawardi saat berada di Pulo Aceh.
Baca juga : WWF Indonesia Mengajak Traveler Peduli Terhadap Harimau Sumatera
Objek wisata Pulo Aceh memang masih belum ramai diincar wisatawan. Padahal di sana memiliki pantai yang panjang, Mercusuar Willem Toren III dan sejumlah objek wisata lainnya. Traveler juga dapat menikmati panorama alam sambil diving, snorkling atau juga memancing di laut.
Persoalannya itu tadi, masalah pada sarana dan prasarana. Menurut Mawardi, dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Aceh Besar akan mulai membangun pariwisata Pulo Aceh. Antar Pulo Breuh dan Pulo Nasi juga akan dibangun jembatan sehingga dapat memudahkan akses bagi traveler untuk berkunjung kedua pulau tersebut.
“Kita membuat masterplan-nya pariwisata Pulo Aceh dari Ujong Pancu hingga Meulingge di Pulo Breueh,” pungkas Mawardi.
Mawardi memuji keindahannya Pulo Aceh yang menjadi ‘surga’ tersembunyi. Destinasi wisata pun, ucap Mawardi, lebih terlihat indah dibandingkan dengan Sabang.
“Kita ada snorklingnya, divingnya juga bagus tempatnya kemudian pantainya. Kemudian fasilitas yang akan kita bagun untuk bisa memajukan pariwisata ini,” ucapnya.
Selain fasilitas transportasi dan penginapan, permasalahan lain yang terlihat disana yaitu sinyal untuk telepon genggam masih belum memadai. Di Pulo Nasi, hanya ada beberapa lokasi saja yang ada jaringan untuk bisa menelepon maupun internetan, Sementara di Pulo Breuh, bahkan ada lokasi yang tidak memiliki jaringan sama sekali.
“Sangat kurang koneksi, handphone di Meulingge juga tidak ada sinyalnya. Kita sudah menyampaikan ke Telkom agar bisa mendirikan tower beberapa di sini supaya percepatnya di Pulo Aceh,” ucap Mawardi.
Sementara ini jalan di Pulo Nasi belum teraspal sepenuhnya. Jika ada traveler yang ingin jalan-jalan harus bersabar jika disambut jalan ‘alami’ dan berlubang. Meski demikian, kelelahan selama perjalanan terbayar melalui keindahan pantai dan objek-objek wisata yang sudah siap memanjakan mata anda.
“Infrastruktur kita kerjasama dengan BPKS sudah membuat jalan lingkar. Jembatan juga sudah direncanakan. Antara Pulo Nasi dan Pulo Breuh harus ada jembatan. Jika sudah ada jembatan itu sangat luar biasa pembagunannya,” tutur Mawardi.
Sementara itu, seorang masyarakat Pulo Nasi, Julifan Efendi (41), mengungkapkan, objek wisata di Pulo Nasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan dari luar negeri yaitu Pasi Janeng. Di sana, para bule-bule berselancar.
“Di pantai lain juga sudah banyak dikunjungi bule, tetapi tidak bisa berselancar dikarenakan yang ombaknya terlalu besar dan ada pantai yang berkarang,” ucap Julian yang profesi sebagaia pemandu.
Wisatawan lokal yang mengunjungi ke objek wisata Pulo Nasi rata-rata ramai pada hari Sabtu dan Minggu. itu pun tergantung pada agin laut.
“Jika angin timur biasa ada yang berkunjung ke Pulo Nasi,” pungkas pria yang berprofesi sebagai nelayan tersebut.