Berita Trend Masa Kini.com, Bandung – Tidak banyak yang mengetahui kalau di Kawah Rengganis menyimpan begitu banyak sejarah penting. Para sesepuh Sundah, pernah mengadakan pertemuan untuk membahas tentang kehidupan dan agama.
Kawah Rengganis akan menjadi saksi bisu pertemuan para leluhur Sunda sejak dari ratusan tahun lalu. Konon, salah satu leluhur yang dikatakan sebagai Uyut Saratus Bojol Tilu itu sering melakukan pertemuan rutin. Tentang agama dan masalah kehidupan merupakan salahsatu pembicaraannya.
“Daerah Kawah Rengganis dulunya merupakan salah satu bale paguneman (tempat pertemuan) Uyut Saratus Bojot Tilu, Konon setiap tempat mempunyai karomah (kehormatan) seperti di Gunung Sanggabuana, Galunggung, Glambir dan salah satunya pada kaki Gunung Sepuh ini,” tutur Asep.
Baca juga : Ini Makna dan Filosofi Subak di Desa Jatiluwih yang Dikunjungi Obama
Asep mengungkapkan, para leluhur yang akan berkunjung ke tempat itu untuk bisa membahas persoalan keagamaan yang ketika itu masih didominan dari ajaran Hindu. Perlahan agama Islam dibahas seiring dengan kehadirannya Prabu Kian Santang yang gencar melakukan syiar Islam di Tanah Sunda. Titisan Prabu Siliwangi itu juga akan ikut bale paguneman di Kawah Rengganis.
Pendapat Asep, terlihat tilas para leluhur tersebut membuat Kawah Rengganis banyak dikunjungi oleh wisatawan atau penziarah dari Bali, terutama menjelang Hari Raya Nyepi.
“Ibadahnya seperti itu, mereka akan membawa air suci dari mata air di sini, jadi tidak hanya peziarah yang beragama Islam saja yang berkunjung disini, semua agama bisa memasuki, hanya ritualnya saja yang tidak sama,” ucap Asep juru pelihara dari generasi ketujuh itu.
Awalnya, ucap Asep, ada beberapa pantangan untuk peziarah atau wisatawan yang datang ke Kawah Rengganis. Mereka tidak diperbolehkan sbobet777 livechat berkunjung pada Jumat dan Sabtu.” Sekarang pantangan itu sudah tidak jalan lagi, bagi wisatawan silakan untuk datang kapan saja, tetapi untuk peziarah tidak disarankan pada hari-hari tersebut,” pungkasnya.
Semula, hanya ada tiga bangunan di Kawah Cibuni pada tahnu 1920 an. Satu rumah miliknya juru kunci, mushala dan bale pengobatan. Namun, kini hanya ada belasan rumah warga yang berada di dekat kawah. “Dahulunya tempat ini ditemukan pada tahun 25 Safar, jadi pada setiap tanggal tersebut akan dilakukannya ritual untuk memperingati perjalanan para leluhur tadi,” pungkasnya.
Kawah Rengganis memang masih belum sepopuler Kawah Putih atau Kawah Kamojang. Masih belum ada penanda yang begitu mencolok untuk bisa memasuki Kawah Rengganis, hanya ada papan penunjuk yang terbuat dari kayu.