Berita Trend Masa kini.com, Jakarta – Memiliki gejala prediabetes membuat risiko mengidap diabetes pada kemudian hari dapat meningkat pesat. Namun bukan berarti semua orang yang memiliki gejala prediabetes memungkinkan mengidap diabetes melitus.
Pakar diabetes dr Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, mengungkapkan ada sekitar 37 persen orang yang memiliki gejala prediabetes dapat kembali hidup sehat dan normal. Syaratnya yaitu dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat sekarang juga.
“Prediabetes bukan penyakit, tetapi kayak sirene pemadam kebakaran yang menandakan ada api, harus dipadamkan segera. Prediabetes itu merupakan tanda tubuh sudah memberikan peringatan untuk kita,” jelas dr Roy, dalam seminar wellness diabetes oleh Laboratorium Klinik Prodia di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Baca juga : Apakah Benar Air Mineral Kemasan Mengandungi Fluor yang Berbahasa ?
Prediabetes merupakan kondisi di mana kadar gula darah cukup tinggi, berkisar antara 101 – 125 mg/dl, dan terjadi secara konsisten meskipun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes melitus. Data International Diabetes Federation menyebut pada tahun 2030, akan ada sebanyak 398 penduduk dunia yang akan mengalami diabetes.
Dr Roy mengungkapkan prediabetes rentan menyerang mereka yang berbadan gemuk, malas akan olahraga dan banyak makan. Oleh karena itu, perubahan pada pola hidup menjadi lebih sehat harus dilakukan. Caranya tentu saja dengan menerapkan diet sehat dan rutin berolahraga.
“Kalau olahraga selama 5 hari seminggu 30 menit saja, dalam kurun waktu enam bulan sampai satu tahun dapat kembali normal. Kembali lagi kepada diri kita masing-masing, mau berubah atau tidak,” imbuhnya.
Dijelaskan Dr Roy, sebagian ahli diabetes sudah ada yang merekomendasikan pengobatan obat bagi pasien yang menunjukkan gejala prediabetes. Namun hal ini masih menjadi perdebatan, karena tidak semua ahli menyetujui dalam penggunaan obat bagi pasien yang belum terdiagnosis diabetes.
“Ada sebagian yang memang diresepkan obat. Tapi kalau pendapat saya kan namanya saja prediabetes, ada ‘pre-nya’ jadi sebelum diabetes. Lebih baik mengembalikannya ke keadaan sehat dengan mengubah pola hidup mereka,” pungkasnya.