BERITA TREND MASA KINI – Ada sebuah pepatah asing yang menyebutkan: hurt people hurt people. Yang sederhananya dapat diartikan: orang yang terluka melukai orang lain. Kualitas hubungan seseorang baik itu dengan pasangan, keluarga dan di tengah-tengah masyarakat adalah salah satu tolak ukur penting dalam menentukan kesejahteraan dan kebahagian. Ketika seseorang menyimpan energi trauma, sadar atau tidak, seseorang akan memancarkan dampak trauma tersebut pada diri orang itu sendiri dan pada orang lain.
Dapat dimengerti mengapa kita sebagai manusia ingin mengabaikan trauma. Budaya mendidik kita, bahkan sejak kanak-kanak bahwa kita harus “mengatasi” dan “kembali normal” sesegera mungkin. Kita seolah tidak diperbolehkan terlihat atau merasa lemah. Kita bahkan menyimpan trauma yang dialami karena rasa takut atau khawatir segalanya akan berantakan jika membicarakannya dengan orang lain. Memaksa kita untuk percaya bahwa kita tidak mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan trauma itu tidak mempengaruhi kita dan berharap sepenuhnya pada waktu yang akan menyembuhkan semua luka.
Namun, sama seperti luka fisik yang tidak sembuh-sembuh karena tidak diberikan pengobatan, trauma yang tidak tertangani juga bisa menghasilkan lebih banyak trauma dan permasalahan serius lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh trauma masa kecil yang sering terabaikan.
- Memiliki orang tua yang cuek atau kaku
Ciri-ciri: Satu atau kedua orang tua sama sekali tidak mau berurusan dengan Anda. Mereka tidak dapat berhubungan dengan Anda, mendukung atau menghibur ketika Anda membutuhkan. Orang tua Anda baik kepada Anda di depan orang lain tetapi mengabaikan Anda di rumah. Anda mungkin pernah mendengar mereka mengatakan; “Saya memiliki hidup saya sendiri, saya tidak bisa selalu menjadi orang tua,” atau “Anda adalah kesalahan, saya tidak pernah bermaksud memiliki Anda.”
- Sebagai anak anda dituntut dan diberikan tanggung jawab yang berlebihan dan membebani
Ciri-ciri: Sebagai seorang anak dibahwa umur Anda harus menjaga dan merawat orang tua yang sakit. Anda harus mengurus diri sendiri karena kedua orang tua Anda tidak pernah ada di rumah. Anda tinggal dengan orang tua pecandu alkohol atau narkoba. Anda dituntut banyak kewajiban yang tidak sesuai dengan usia.
- Anda ditinggalkan dan hidup tanpa batas dan aturan
Ciri-ciri: Orang tua Anda meninggalkan Anda untuk waktu yang lama tanpa pengasuh saat masih kecil. Orang tua Anda jarang atau tidak pernah menghabiskan waktu berkualitas dengan Anda. Anda jarang atau tidak pernah berinteraksi atau berkomunikasi dengan Anda. Orang tua Anda tidak pernah membuat aturan. Jadi ketika Anda melakukan kesalahan sekalipun mereka tidak meminta pertanggungjawaban Anda. Anda hidup tanpa struktur dan melakukan apa yang Anda suka.
- Kebutuhan emosianal Anda tidak dipenuhi oleh orang tua
Ciri-ciri: Anda tidak diasuh dan didukung tetapi malah dikendalikan. Anda tidak diberi kemampuan untuk merasakan kesedihan ketika terjadi kehilangan, terutama jika itu melibatkan orang tua yang bercerai. Anda sering mendengar “berhenti bereaksi berlebihan,” atau “Anda sangat sensitif, lupakan saja.” Anda tidak diizinkan untuk merasakan apa pun kecuali kebahagiaan di rumah. Jika Anda memprotes atau mengeluh, Anda malah mendapat masalah atau dimarahi karenanya. Orang tua Anda lebih memilih sekolah Anda untuk membesarkan Anda dan tidak tertarik untuk berkomunikasi dengan sekolah Anda, menghadiri rapat, atau memeriksa pekerjaan rumah Anda. Anda tidak diizinkan untuk mandiri karena berpikir dengan cara itu mereka melindungi Anda. Orang tua Anda sangat ketat dan tidak mengizinkan Anda melakukan hal-hal yang dilakukan anak-anak lain seusia Anda karena takut dan cemas berlebihan. Anda dibuat merasa bersalah, berhutang, atau gugup dan takut dalam upaya untuk mencegah Anda menjadi mandiri.
- Anda dicaci maki dan dihina secara verbal
Ciri-ciri: Anda sering dicaci maki atau dipanggil dengan sebutan atau julukan kasar terutama ketika Anda membuat kesalahan atau membuat orang tua Anda marah. Orang tua Anda sering mengejek atau dipermalukan Anda di depan banyak orang.
Ketika telah menjadi orang dewasa sekalipun, ‘anak kecil’ yang ada dalam diri kita tidak lenyap begitu saja. ‘Anak kecil’ Itu selalu ada di dalam diri kita masing-masing yang akan bereaksi ketika dipicu sebagai orang dewasa. Ketika kita merespon dari tempat yang terluka, hidup menjadi kacau. Ini mengarahkan seseorang pada sifat selalu ingin menyenangkan orang lain atau people pleasing, agresivitas, kekakuan, hubungan yang tidak stabil, masalah kepercayaan, perilaku adiktif, menyalahkan diri sendiri atau membenci diri sendiri, manipulasi, merenggek, rasa malu, dan amarah yang meledak-ledak. Yang terpenting, itu menghalangi kemampuan kita untuk meraih kesuksesan.
Meskipun trauma memberi berdampak pada pola pikir dan perilaku kita, Ini tidak berarti kita tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya agar trauma itu tidak mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Trauma kita juga tidak bisa dijadikan alasan yang bijak bagi kita untuk memiliki perlakuan buruk terhadap orang lain. Atau mengharapkan perlakuan ‘khusus’ pada orang lain karena trauma yang pernah Anda lalui.
Selama kita terus menuding dan menyalahkan orang lain, kita terjebak dalam pola pikir korban. Ketika Anda berada dalam pola pikir korban, Anda terjebak dalam penderitaan. Satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan mengambil tanggung jawab.