Berita Trend Masa Kini – Ledakan dugaan granat asap pada hari Selasa (3/12) di Monas melukai setidaknya dua personnel militer, kata kepala polisi Jakarta.
Juru bicara presiden mengatkaan bahwa Presiden Joko Widodo sedang tidak berada di istana negara pada saat ledakan di Monas terjadi.
Tidak jelas apa ledakan ini merupakan serangan sektarian. Namun, Indonesia sedang mengalami kebangkitan militansi dalam negeri beberapa tahun terakhir.
Ledakan terjadi pukul 7:15 pagi hari di sisi utara taman Nasional itu. Polisi menduga bahwa ledakan ini menggunakan granat asap.
Leadakan ini melukai 2 personnel militer yang berada di lokasi kejadian untuk latihan. Kepala Militer Jakarta Eko Margiyono memberikan informasi bahwa kedua korban sudah dibawa ke rumah sakit dan sudah siuman.
“Sebuah granat asap ditemukan di Monas dan kami sedang mencari tahu siapa yang menjadi dalang ledakan ini,” ujar Margiyono. Ia pun menambahkan bahwa insiden tersebut tidak sebesar yang masyarakat pikirkan.
Ketika ditanya apakah ledakan di Monas merupakan suatu penyerangan, kepala Kepolisian Jakarta Gatot Eddy Pramono mengatakan, “Kami belum bisa memastikan itu, kami masih menginvestigasi.”
Dalam 3 jam, polisi sudah membuka kembali Monas untuk umum.
Baca Juga: Kasus Pemerkosaan Berlanjut Pembantaian Priyanka Reddy
Bulan lalu, terjadi bom bunuh diri di kantor kepolisian Medan yang dilakukan oleh pelajar berusia 24 tahun. Bom bunuh diri melukai 6 orang.
Bom bunuh diri tersebut disangkutkan pada ISIS.
Pada bulan Oktober 2019, terjadi penyerangan terhadap Wiranto yang merupakan Mentri Keamanan Indonesia. Ia diserang ketika ia menghadiri acar pembukaan universitas di Banten.
Indonesia, sebagai negara yang dikenal dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda, namun tetap satu” sedang mengalami krisis persatuan.