BERITA TREND MASA KINI – Para penganut Buddhism atau yang sering disebut sebagai Buddhis percaya bahwa kehidupan manusia adalah salah satu penderitaan dan bahwa dengan meditasi, pendalaman spiritual dan fisik, dan perilaku yang baik adalah cara untuk mencapai pencerahan/enlightenment atau nirwana.
Buddhis tidak percaya pada satu tuhan atau dewa yang menciptakan dunia dan segala isinya. Faktanya, Buddhis percaya pada seorang pria bernama Siddhartha Gautama, beserta ajaran-ajarannya yang membantu orang menuju pencerahan.
Siddhartha diyakini adalah seorang pangeran yang lahir dalam keluarga kaya di tempat yang sekarang disebut Nepal pada abad ke-5 SM. Yang setelah melihat orang-orang miskin dan sekarat, menyadari bahwa kehidupan manusia adalah sebuah penderitaan. Dia kemudian meninggalkan segala kekayaannya dan menghabiskan waktu sebagai pengemis miskin, bermeditasi dan bepergian. Tetapi pada akhirnya tetap merasa tidak puas.
Buddha menyadari bahwa asketisme atau gaya hidup yang berpantang pada kenikmatan duniawi demi mewujudkan maksud-maksud kerohanian yang berlebihan dan kekayaan yang berlebihan bukanlah jalan menuju pencerahan. Dia memutuskan sesuatu yang disebut “Jalan Tengah”, yakni cara hidup di antara kedua ekstrem tersebut.
Setelah enam tahun belajar dan bermeditasi dalam perjalanannya, Siddhartha menjadi sadar secara spiritual dan mencapai tujuannya untuk menemukan makna dalam hidup. Ini disebut pencerahan. Pada saat ini, ia menjadi Buddha. Buddha adalah gelar, bukan nama, yang berarti yang tercerahkan atau yang terbangun. Selama sisa hidupnya ia mengajar para pengikutnya tentang pengalamannya.
Hari Waisak adalah hari dimana para Buddhis memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha. Semua peristiwa penting ini dikatakan terjadi pada hari yang sama sepanjang hidupnya. Hari Waisak biasanya jatuh pada bulan Mei menurut kalender lunar. Namun, karena keragaman budaya Buddhis, Waisak dirayakan pada tanggal yang berbeda oleh tradisi yang berbeda.
Namun pada umumnya untuk merayakan hari Waisak, para Buddhis akan pergi ke kuil atau wihara dengan membawa persembahan, bermeditasi, berdoa dan merenungkan ajaran Buddha disana. Beberapa kuil menyediakan patung kecil Buddha di depan altar dalam baskom kecil berisi air dan dihiasi dengan bunga, dimana orang-orang bisa menuangkan air ke atas patung. Upacara ini disebut sebagai memandikan Sang Buddha. Buddhis meyakini upacara ini merupakan simbol pembersihan karma buruk dan untuk menjernihkan pikiran mereka dari pikiran negatif seperti keserakahan dan kebencian.
Berikut bagaimana hari Waisak dirayakan di berbagai belahan dunia.
- Nepal
Di negara tempat kelahiran Buddha, ribuan umat berbondong-bondong ke taman Lumbini, tempat ziarah kaum Buddhis untuk menyumbangkan persediaan kepada komunitas yang kurang beruntung dan memberikan penghormatan kepada biara-biara. Orang-orang mengenakan pakaian putih dan berpantang makan daging. Bubur beras manis, Kheer disajikan untuk mengenang kisah seorang gadis yang menawarkan semangkuk bubur kepada Sang Buddha setelah ia meninggalkan enam tahun pertapaan. Peristiwa ini menandakan salah satu mata rantai utama dalam pencerahannya, di mana ia menyadari bahwa tanpa makanan seseorang tidak dapat berbuat apa-apa dan menahan diri dari menyakiti tubuhnya sendiri.
- Indonesia
Setiap tahunnya, Trisuci Waisak di Candi Borobudur selalu ramai didatangi umat Buddha dari pelosok tanah air. Ribuan Buddhis akan mengikuti kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sejauh 3 kilometer. Rombongan akan membawa berbagai perlengkapan puja bakti Waisak, seperti replika Sang Buddha, air berkah, api dharma, dan kitab suci Tripitaka.
Hal yang paling menarik adalah saat ribuan umat Buddha mengelilingi candi dengan langkah pelan sembari membaca doa. Di akhir acara, ribuan lampion akan diterbangkan di kompleks Candi Borobudur sebagai makna kebahagiaan serta harapan agar doa segera terwujud.
- Thailand
Hari Waisak di Thailand disebut Visaka Bucha. Di hari tersebut atau seminggu sebelumnya Buddhis di Thailand mengibarkan bendera kuning didepan rumah mereka. Mereka akan pergi ke kuil atau wihara untuk mendengar khutbah mengenai ajaran Buddha dan memberikan penghormatan pada Tiga Permata Buddhism, yakni Buddha, Dhamma (kebenaran) dan Sangha (komunitas pemuridan). Malam harinya, mereka akan mengelilingi candi searah jarum jam sebanyak tiga kali sambil membawa lilin. Upacara ini diyakini akan membawa keberuntungan dan kemakmuran.