BERITA TREND MASA KINI – Sederhananya, ghosting adalah ketika seseorang tiba-tiba berhenti berkomunikasi dengan Anda tanpa memberi tahu alasannya. Ghosting sering digunakan sebagai strategi pembubaran sepihak di mana semua komunikasi terputus tanpa penjelasan, baik sementara atau mungkin permanen. Umumnya ghosting selalu dikitkan pada hubungan romantis dan kencan online, tapi sebenarnya hal ini dapat terjadi dalam jenis hubungan apa pun.
Ghosting dapat dikatergorikan sebagai pelecehan secara emosional karena merupakan pola pasif-agresif yang menyebabkan orang-orang yang di ghosting mengalami efek kesehatan mental yang negatif seperti rendahnya harga diri, kecemasan, pengkhianatan, rasa sakit hati, dan kebingungan. Mereka juga sering ingin tahu kenapa mereka di-ghosting dan bertanya dimana letak kesalahannya?
Lalu pertanyaannya lainnya adalah mengapa seseorang menghosting? Biasanya, orang yang menghosting tidak memiliki kedewasaan secara emosional, tidak nyaman atau tidak pandai dalam mengomunikasikan emosinya dan tidak menyukai konfrontasi. Sementara untuk memutuskan hubungan yang sempat terjalin dengan seseorang membutuhkan kedua hal tersebut. Lebih gelapnya lagi, mereka-mereka ini mungkin memiliki gangguan kepribadian seperti psikopati, narsisme, dan Machiavellianisme yang kurang memiliki empati, egois dan kekanak-kanakan. Jadi bagi korban ghosting perlu diingat bahwa yang sebenarnya menjadi sumber masalah bukan Anda, melainkan yang melakukan ghosting itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami apabila Anda mengalami ghosting:
- Mungkin bukan Anda masalahnya.
Seperti disebutkan sebelumnya, menghilang secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan mungkin lebih berkaitan dengan yang meng-ghosting. Mereka mungkin memiliki masalah komitmen yang sudah ada jauh sebelum Anda berinteraksi dengan mereka.
2. Pahami bahwa tidak ada respons adalah respons.
Terkadang koban ghosting ingin mendapatkan penjelasan dan oleh karena itu mereka terus mencoba untuk menghubungi yang meng-ghosting mereka. Penting untuk disadari bahwa “tidak merespons” merupakan salah satu bentuk komunikasi, meskipun itu buruk. Ingatlah bahwa Anda berhak diperlakukan dengan sopan dan hormat dalam hubungan apa pun yang mencakup komunikasi efektif, bukan penghindaran.
3. Hindari godaan untuk menggeneralisasi hubungan di masa depan.
Trauma dapat menyebabkan efek generalisasi dan pemikiran semua atau tidak sama sekali. Terkadang korban terjebak dalam pola pikir kognitif seperti “semua wanita/pria sama saja” yang tentunya bisa berdampak buruk untuk hubungan di masa depan.
4. Tetapkan batasan.
Jangan terlibat dengan peng-ghosting itu lagi. Yakinlah bahwa Anda mungkin bukan orang pertama (atau orang terakhir) yang di-ghosting oleh orang ini. Menetapkan batasan yang sehat untuk diri sendiri sangatlah penting.
5. Sayangi diri sendiri.
Teknik self-love dapat membantu mengatasi rasa sakit hati dan kesedihan. Hal ini mungkin berbeda tergantung pada lamanya dan frekuensi interaksi dengan peng-ghosting. Misalnya, ketika perasaan itu muncul, perhatikan di mana Anda merasakannya di tubuh Anda dan alih-alih menjauhkannya atau mengalihkan perhatian Anda, katakan pada diri sendiri “ini adalah momen penderitaan” dan biarkan perasaan itu berlalu. Jadi, sadarilah bahwa “semua orang terluka” dan Anda tidak sendirian dalam penderitaan Anda.
6. Lanjutkan hidup Anda.
Jika Anda mendapati diri Anda terus berinteraksi dengan orang-orang yang tiba-tiba menghilang dan muncul kembali, mungkin inilah saatnya untuk merenung. Mereka yang memiliki pengalaman masa kecil yang buruk dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang disfungsional mungkin akan membuat alasan atas perilaku mereka, meminimalkan rasa sakit mereka sendiri, dan terlibat dalam dinamika hubungan yang saling bergantung. Kematangan emosi adalah kemampuan untuk melihat dan menghadapi kenyataan apa adanya.