BERITA TREND MASA KINI – Pada tahun 1837, Hong Xiuquan gagal dalam ujian untuk memasuki Layanan Sipil Kekaisaran. Ujian ini sangat sulit, kurang dari satu dari seratus kandidat lulus ujian. Sebelumnya ia sudah dua kali gagal, pada kegagalannya yang ketiga ia menjadi delusional. Ilusinya yang tidak masuk akal adalah di mana figur ayah surgawi menampakkan diri kepadanya. Be9rtahun-tahun kemudian dengan berbekal keyakinan bahwa dia adalah putra Allah, yang membuatnya menjadi saudara dari Yesus, ia berhasil mengumpulkan pasukan pengikut yang luar biasa besar untuk menjatuhkan kekuasaan dinasti Qing. Pemberontakan yang dipimpin oleh Hong Xiuquan itu dinamakan Pemberontakan Taiping. Ini merupakan perang saudara paling berdarah dalam sejarah dengan catatan lebih dari 20,000,000 orang tewas.
Pada jaman Dinasti Qing yang berdiri pada pertengahan abad ke-17, kekuasaan kekaisaran meluas hingga 13 juta kilometer persegi dan perekonomian juga tumbuh pesat. Tiongkok mengekspor produk-produk seperti teh, sutra, dan porselen biru dan putihnya yang terkenal, yang sangat diminati di Barat. Barang-barang ini dibayar dengan perak, sehingga Tiongkok menguasai sebagian besar pasokan perak dunia dan memiliki neraca perdagangan yang positif dengan Barat. Populasi juga tumbuh dengan cepat, berlipat ganda dari sekitar 178 juta jiwa pada tahun 1749 menjadi hampir 432 juta jiwa pada tahun 1851. Kota-kota di Tiongkok tumbuh pesat, dan tanaman baru seperti kentang, jagung, dan kacang tanah diperkenalkan dari Dunia Baru. Periode antara tahun 1683 dan 1839 ini dikenal sebagai “Hing Qing”.
Namun negara tersebut menjadi semakin tidak stabil menjelang akhir periode Qing. Secara ekonomi, ledakan populasi yang signifikan menjadi beban. Tanaman baru awalnya membantu mendukung pertumbuhan, tapi, budidaya dan irigasi besar-besaran yang dibutuhkan mengikis dan merusak tanah yang subur. Tidak hanya sebagian besar penduduk mulai kelaparan, tetapi dengan pertumbuhan populasi tersebut muncul surplus tenaga kerja. Semakin banyak orang yang menganggur tetapi masih dikenakan pajak tinggi. Masalah ini semakin diperburuk oleh kecanduan opium, yang mewabah di antara penduduk Tiongkok setelah obat tersebut diperkenalkan secara luas ke negara tersebut oleh Perusahaan Hindia Timur Britania.
Sementara keadaan terus memburuk, para birokrat Qing dan istana kekaisaran menjadi semakin makmur dan korup. Para birokrat Qing mencuri dan menimbun pendapatan pajak dan dana publik serta memeras rakyat. Selain itu, kekuatan Barat, khususnya Inggris juga mendominasi setelah Tiongkok kalah telak dari Kekaisaran Inggris diĀ Perang Opium I (1839-1842), Dinasti Qing menandatangani Perjanjian Nanking yang isinya menyerahkan Hong Kong kepada Inggris dan menetapkan bahwa Tiongkok akan membayar ganti rugi sebesar $21 juta dan membuka diri untuk perdagangan bebas dengan Barat. Selama beberapa tahun berikutnya, perjanjian serupa juga ditandatangani dengan Prancis dan Amerika.
Sebagian besar penduduk yang didominasi oleh Suku Han semakin membenci kebencian kekaisaran Dinasti Qing. Penduduk merasa dirugikan atas apa yang mereka lihat sebagai penindasan budaya tradisional mereka oleh penjajah asing dan pengkhianatan para pejabat dan petugas kekaisaran yang korup dan serakah sehingga membuat masyarakat menderita dan sengsara.
Hong Xiquan yang menolak ajaran Buddha dan Konfusianisme, sistem kepercayaan tradisional Tiongko, mulai menyebarkan interpretasinya tentang agama Kristen. Hong dan temannya Feng Yunshan mengorganisasi kelompok agama baru yang disebut God Worshipping Society. Kelompok menjadi sangat populer di kalangan petani dan buruh provinsi Guangxi, di kalangan suku Hakka, dan sub-etnis Han.
Tentu saja kekaisaran Dinasti Qing menentang gerakan yang baru lahir ini dan menyesah para pengikutnya. Namun itu hanya membuat Hong dan Feng menjadi semakin militan. Dari 2.000 pengikut pada tahun 1847, pada tahun 1850, para God Worshippers berjumlah antara 20.000 dan 30.000.
Pemberontakan idimulai pada bulan Januari 1851, setelah serangkaian bentrokan kecil antara pengikut Taiping dan pasukan Qing sepanjang tahun 1850. Pada tanggal 11 Januari, di kota Jiantian di Guangxi, Hong mendeklarasikan dinasti baru, Taiping Tianguo atau Kerajaan Surgawi Kedamaian Besar. Negara ini, yang sering disebut sebagai Kerajaan Surgawi Taiping dengan Hong sebagai Raja Surgawi. Kerajaan itu membangun pasukan bersenjata hingga satu juta orang. Dan tidak seperti pasukan kekaisaran Qing, ada sejumlah wanita yang bertempur di antara mereka.
Pasukan Taiping berbaris ke Utara, merekrut pasukan di sepanjang jalan hingga mereka mencapai Nanjing. Nanjing adalah salah satu kota termegah di Tiongkok dan berada di pusat wilayah delta Yangtze yang kaya. Pasukan Taiping merebut kota itu pada bulan Maret 1853, dan Hong mendeklarasikannya sebagai ibu kota Kerajaan Surgawinya. Kota itu berganti nama menjadi Tianjin, atau “Ibu Kota Surgawi.” Saat menguasai kota itu, Taiping berusaha membersihkannya dari “setan” Manchu, orang-orang kekaisaran. Pria dan wanita Manchu dieksekusi, dibakar, dan diusir dari kota.
Karena pasukan Taiping yang dipimpin oleh Hong semakin meluas, kuat dan telah berhasil menguasai beberapa wilayah setelah mengalahkan pasukan Dinasti Qing, para pihak asing yakni Prancis, Inggris, dan Amerika melihat bahwa kepentingan mereka terancam. Kekuatan Barat akhirnya bergabung dengan Dinasti Qing. Pertempuran besar yang menentukan pun terjadi.
Pasukan Taiping mengepung Shanghai pada bulan Januari 1861 dan melakukan dua kali upaya untuk merebutnya. Menyerang dengan 20.000 orang pada bulan Maret 1861, mereka berhasil menduduki distrik Pudong di kota tersebut tetapi berhasil dipukul mundur oleh pasukan kekaisaran yang dibantu oleh perwira Inggris, Prancis, dan Amerika. Pada bulan September 1862, Taiping melakukan serangan kedua, kali ini dengan 80.000 orang. Mereka berhasil mencapai jarak 5 kilometer dari Shanghai, tetapi sekali lagi, Qing dan sekutu Barat mereka berhasil memukul mundur serangan ini. Pada bulan November, Taiping telah menyerah untuk melakukan upaya lebih lanjut untuk merebut Shanghai.
Pasukan Qing direorganisasi oleh perintah kekaisaran dan mulai menaklukkan kembali wilayah yang diduduki oleh Taiping. Yang krusial dalam hal ini adalah perekrutan tentara petani di provinsi Hunan. Pasukan ini, yang dikenal sebagai Tentara Xiang, mengepung ibu kota Taiping di Nanjing mulai bulan Mei 1862. Pengepungan berlangsung hampir dua tahun, dengan situasi pangan yang semakin berbahaya. Pada awal tahun 1864, Hong memerintahkan warganya untuk memakan rumput liar. Ia percaya bahwa itu adalah manna yang diberikan oleh Tuhan. Atas perintahnya sendiri, Hong mengumpulkan rumput liar dan memakannya, tetapi jatuh sakit dan meninggal pada bulan Juni 1864. Ada yang menduga bahwa ia bunuh diri dengan racun, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
Selama Perang Saudara Tiongkok yang berlangsung selama lima belas tahun ini, sekitar 20 hingga 30 juta orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. Dalam salah satu perang total pertama, kedua belah pihak telah berupaya untuk merampas makanan dan persediaan dari musuh militer dan sipil mereka. Hal ini mengakibatkan kelaparan dan penyakit yang meluas. Selain itu, kedua belah pihak memiliki kebencian fanatik terhadap pihak lain yang sebagian didasarkan pada perbedaan etnis dan bahasa. Taiping membantai warga sipil Manchu di kota-kota yang mereka taklukkan sementara pasukan Qing membalas dendam terhadap penduduk Guangxi yang berkhianat, mengeksekusi ratusan ribu orang karena kejahatan tinggal di wilayah tempat pemberontakan dimulai.