BERITA TREND MASA KINI – Apakah anda adalah seseorang yang selalu berusaha melihat segala sesuatunya dari sisi positif, meski ditengah-tengah persoalan? Atau anda adalah seseorang yang selalu mudah berasumsi yang terburuk dan selalu fokus pada sisi negatif?

Ada dua kategori dalam hal bagaimana manusia melihat dunia atau segala sesuatu yang terjadi di hidup ini. Optimis dan pesimis. Dan bagaimana tiap orang masuk dalam salah satu dari kedua kategori ini, menurut ahli banyak dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut dibesarkan dan lingkungannya.

Sejak dini, bayi dan anak-anak dapat menangkap getaran emosional di dalam rumah dan ditengah-tengah keluarga. Jika suasananya nyaman dan penuh kasih, anak tersebut tumbuh dengan penuh harapan dan terbuka secara emosional. Sementara anak yang tumbuh dalam suasana yang tegang dan penuh dengan disfungsional dalam keluarganya, sifat optimis adalah salah satu hal pertama yang akan hilang dari dirinya.

Tapi masa kecil bukanlah satu-satunya alasan mengapa seseorang menjadi pesimis atau fokus hanya pada sisi negatif saja. Faktor status sosioekonomi, yang kebanyakan diluar dari kendali orang tersebut juga memiliki andil. Artinya? Beberapa orang ada yang terlahir dan memiliki optimisme secara alami dan beberapa lainnya menjadi seseorang yang optimis dengan cara belajar. Ya, siapapun dapat belajar untuk menjadi optimis.

Menjadi optimis membantu seseorang untuk melihat dan menghadapi situasi rumit atau penuh tekanan dengan lebih baik sehingga mengurangi efek yang membahayakan kesehatan yang diakibatkan oleh stress. Dan banyak orang yang menyamakan optimism dengan kebahagiaan. Namun meski demikian, menurut para ahli, perbedaan antara  seseorang yang optimis dengan yang pesimis bukan terletak pada level kebahagiaan mereka atau sudut pandang mereka terhadap situasi tertentu, melainkan bagaimana orang tersebut menghadapinya.

  1. Tanamkan pola pikir positif

Satu pikiran positif dapat memicu neurotransmiter dan hormon yang bermanfaat seperti Oksitosin, yang adalah hormon cinta, kesenangan dan orgasme. Serotonin yang mengatur suasana hati kita secara positif. Dan Dopamin yang merangsang dan mendorong kita.

Sebuah pikiran, pandangan, atau senyuman yang baik saja sudah cukup untuk  membuat kita merasa lebih baik dan memotivasi kita untuk terus bergerak maju.

  1. Seleksi teman dan lingkungan

Negatifitas itu menular. Jadi mulailah perhatikan dengan siapa anda menghabiskan waktu anda. Jika anda banyak berhubungan dengan orang-orang yang optimis, anda akan mulai terpengaruh oleh energi positif mereka. Hal yang sama berlaku apabila anda menghabiskan waktu anda dengan orang yang pesimis dan negatif.

  1. Jangan hanya mengandalkan keberuntungan

Setelah berkali-kali gagal, orang sering berkata: “Saya memang tidak beruntung.” Orang-orang yang sering dianggap orang beruntung adalah orang-orang yang mengambil insiasi dan berusaha. Bertemu dan berhubungan dengan banyak orang meningkatkan kesempatan untuk meraih apa yang diimpikan, seperti bisnis baru, pasangan, pekerjaan, tempat tinggal dan lain-lain. Semua itu adalah energi, bukan keberuntungan. Semua itu adalah tekad, semangat dan terus bergerak maju adalah yang terpenting.

  1. Jangan pernah berhenti belajar

Orang-orang yang pesimis kurang rasa ingin tahu. Mereka kehilangan kesempatan untuk menemukan hal baru, bertemu dengan orang baru dan lain-lain. Sementara orang yang optimis selalu penasaran akan sesuatu. Rasa ingin tahu adalah awal mula dari pengetahuan. Keinginan untuk terus belajar juga membantu kita untuk mengendalikan ego dan godaan untuk berpikir bahwa kita sudah mengetahui segala hal.

  1. Yang terlalu berlebihan selalu tidak baik

Meskipun baik bagi kesehatan mental kita untuk selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif, namun akan merugikan apabila dalam prosesnya anda menolak dan menyangkal realitas yang ada hingga membuat anda terjebak dalam fantasi. Misalnya mempertahankan hubungan percintaan atau lingkungan pekerjaan yang tidak sehat atau toxic.

Kombinasi optimisme dan pemikiran realistis membantu orang menavigasi kehidupan. Berpikir realistis bukan berarti tidak pernah melihat sisi positif. Berpikir realistis mendukung optimisme untuk menciptakan masa depan yang positif daripada terjebak dalam fantasi.

By admin

RSS
Follow by Email