BERITA TREND MASA KINI – Apa yang ada di udara; juga ada di paru-paru kita. Tidak terlihat namun tersebar luas, kualitas udara memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari, mempengaruhi segala hal mulai dari kesehatan hingga lingkungan tempat kita tinggal. Di Indonesia sendiri, banyak wilayah yang berjuang dengan tingkat kualitas udara yang tidak sehat.
Menghirup udara yang tercemar tidak sehat bagi siapa pun. Terutama bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori sensitif, yakni anak-anak, lansia, orang dewasa yang beraktivitas di luar ruangan dan orang dengan penyakit jantung, penyakit paru-paru (seperti asma, emfisema, dan bronkitis), atau diabetes.
Dampak dari menghirup udara yang tercemar dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Paparan jangka pendek terhadap polutan tingkat tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan langsung seperti infeksi saluran pernapasan, asma yang semakin parah, dan peradangan paru-paru. Paparan jangka panjang telah dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan bahkan gangguan neurologis.
Anak-anak berisiko lebih tinggi terkena polusi udara karena mereka menghabiskan banyak waktu di luar ruangan untuk berolahraga atau bermain, yang berarti anak-anak tidak hanya terpapar udara tidak sehat dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan orang dewasa, namun juga dengan tingkat paparan yang lebih tinggi. Semakin berat aktivitasnya, semakin banyak asupan udara yang dibutuhkan, sehingga semakin banyak udara tidak sehat yang dihirup. Karena paru-paru anak-anak masih berkembang, paparan polutan tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen, termasuk penurunan aktivitas.
6 kontributor udara yang tidak sehat:
1. Ozon (O3)
Ozon melindungi kehidupan di bumi dari radiasi ultraviolet matahari yang berbahaya. Namun, jika ozon berada di permukaan tanah sehingga dapat terhirup, ini berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat memicu serangan asma atau bahkan menyebabkan berkembangnya asma. Tidak seperti polutan lainnya, ozon tidak dilepaskan langsung ke udara; gas ini tercipta ketika nitrogen oksida (NOx) dan senyawa organik yang mudah menguap (VOC), seperti yang berasal dari knalpot kendaraan, bereaksi secara kimia dengan adanya panas dan sinar matahari.
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau yang dilepaskan melalui pembakaran. Pemanas minyak tanah dan kompor gas adalah dua sumber karbon monoksida dalam ruangan yang terkenal. Karbon monoksida dapat menurunkan jumlah oksigen yang dapat dibawa dalam aliran darah ke organ vital seperti jantung dan otak. Akibatnya, paparan kadar tinggi dapat menyebabkan pusing, tidak sadarkan diri, bahkan kematian.
3. Sulfur Dioksida (SO2)
Sumber gas sulfur dioksida terbesar di atmosfer adalah pembakaran bahan bakar oleh pembangkit listrik dan fasilitas industri lainnya. Penderita asma sangat sensitif terhadapnya.
4. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida adalah gas yang sebagian besar masuk ke udara dari pembakaran bahan bakar. Oleh karena itu, sumber utamanya adalah emisi kendaraan, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dan manufaktur komersial. Jika terhirup, dapat mengiritasi saluran pernafasan tubuh dan dapat memperparah atau bahkan menyebabkan penyakit pernafasan.
5. Materi Partikulat (PM10)
Materi partikulat mengacu pada sekelompok partikel padat dan tetesan cairan yang dapat tetap berada di udara. Partikel yang cukup besar untuk terlihat melayang di udara, namun cukup kecil untuk terhirup, membentuk kelompok polutan yang dikenal sebagai PM10. Benda-benda tersebut antara lain debu, jelaga, serbuk sari, jamur, dan benda-benda lain yang berdiameter sekitar 10 mikrometer.
6. Materi Partikulat (PM2.5)
Jenis partikel terkecil, yang disebut partikulat “halus” atau PM2.5, berukuran kurang dari 2,5 mikrometer dan terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Faktanya, mereka sangat mikroskopis sehingga begitu terhirup, mereka dapat masuk ke aliran darah. Akibatnya, hal-hal tersebut menimbulkan risiko terbesar bagi kesehatan, terutama bagi mereka yang menderita penyakit kardiovaskular. Asap merupakan sumber utama partikulat halus.
Air Quality Index (AQI) adalah skala yang menujukkan kualitas udara sehari-hari. AQI menggunakan kategori kode warna untuk memberi tahu masyarakat seberapa bersih atau tercemarnya udara setempat.
- Bagus (Hijau)
Tingkat hijau (nilai AQI hingga 50) menandakan kualitas udara yang baik. Ini adalah hari terbaik untuk beraktivitas di luar ruangan, karena polusi udara tidak menimbulkan risiko apa pun.
- Sedang (Kuning)
Tingkat kuning (nilai AQI 51-100) berarti kualitas udara baik bagi masyarakat umum. Namun, kelompok sensitif mungkin menghadapi peningkatan risiko kesehatan dan harus berhati-hati saat berada di luar ruangan.
- Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif (Oranye)
Pada tingkat oranye (nilai AQI 101-150), populasi sensitif mungkin mengalami dampak kesehatan; sebagai hasilnya, mereka harus mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan di luar ruangan. Masyarakat umum cenderung tidak terkena dampaknya.
- Tidak Sehat (Merah)
Hari kualitas udara “kode merah” (nilai AQI 151-200) dianggap tidak sehat bagi semua orang. Masyarakat umum disarankan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di luar ruangan, karena kesehatan beberapa individu mungkin terpengaruh. Kelompok sensitif mungkin mengalami dampak kesehatan yang lebih serius, dan harus menghindari menghabiskan waktu lama di luar ruangan.
- Sangat Tidak Sehat (Ungu).
Tingkat ungu (nilai AQI 201-300) dianggap sangat tidak sehat bagi semua orang. Masyarakat umum harus menghindari menghabiskan waktu lama di luar ruangan, sementara kelompok sensitif harus menghindari keluar rumah sama sekali.
- Berbahaya (Maroon).
Tingkat merah marun (nilai AQI 301-500) dianggap sangat berbahaya bagi semua orang. Ketika peringatan kualitas udara seperti ini dikeluarkan, semua kelompok harus menghindari keluar rumah.
Saat menghadapi kualitas udara yang tidak sehat, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri Anda dan meminimalkan paparan. Berikut beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan:
- Batasi Aktivitas Luar Ruangan
Jika kualitas udara buruk, terutama jika Anda termasuk dalam kelompok sensitif seperti anak-anak, orang lanjut usia, atau orang dengan gangguan pernapasan, usahakan sebisa mungkin untuk tetap berada di dalam rumah.
- Gunakan Penjernih Udara (Air Purifier)
Pertimbangkan untuk menggunakan penjernih udara HEPA di dalam ruangan untuk membantu mengurangi polusi udara dalam ruangan. Tutup jendela dan pintu untuk mencegah udara luar masuk ke dalam.
- Gunakan Masker N95
Jika Anda harus berada di luar ruangan dalam waktu lama, kenakan masker N95 untuk menyaring partikel halus di udara. Masker kain biasa tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap polutan.
- Tetap Terhidrasi
Minumlah banyak air untuk membantu tubuh Anda mengatasi iritasi pernapasan yang disebabkan oleh kualitas udara yang buruk.
- Ciptakan Lingkungan Dalam Ruangan yang Bersih
Gunakan penghisap asap atau kipas angin saat memasak dan hindari penggunaan semprotan aerosol atau produk pembersih keras yang dapat memperburuk kualitas udara dalam ruangan.
- Carilah Saran Medis jika Diperlukan
Jika Anda mengalami gejala seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, atau iritasi parah, segera dapatkan bantuan medis.