BERITA TREND MASA KINI – 1 Juli 2021, Partai Komunis Tiongkok menandai ulang tahun keseratusnya dengan perayaan besar yang dihadiri oleh puluhan ribu warga pada sebuah upacara di Lapangan Tiananmen. Otoritas yang menangani cuaca berhasil mengendalikan cuaca pada hari tersebut dengan menggunakan operasi penyemaian awan atau Cloud Seeding yang ekstensif beberapa jam sebelumnya untuk memastikan langit cerah dan rendah polusi udara.

Cloud Seeding adalah teknik modifikasi cuaca, yang melibatkan menembakkan bahan kimia seperti partikel kecil perak iodide ke awan, menyebabkan tetesan air mengelompok di sekitar mereka dan meningkatkan kemungkinan presipitasi. Ternyata pemerintah Tiongkok sudah cukup lama menjadi salah satu pendukung antusias teknologi penyemaian awan ini dan dikabarkan juga telah menghabiskan miliaran dolar pada upaya untuk memanipulasi cuaca untuk melindungi daerah pertanian atau meningkatkan acara penting termasuk Olimpiade 2008.

Lain di Tiongkok lain di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih percaya bahwa ritual dukun atau pawang hujan akan berhasil dengan baik melalui cara mereka memindahkan atau menghentikan hujan. Percaya atau tidak, pawang hujan bahkan telah menjadi salah satu bagian dari paket yang disediakan oleh banyak event atau wedding organizer. Dalam acara-acara seperti hari pernikahan atau ritual pra-nikah dalam budaya Jawa, festival kemerdekaan, beberapa ritual kematian yang unik di Indonesia, untuk festival lokal atau nasional, kehadiran pawang hujan seperti sebuah keharusan yang pantang ketinggalan.

Jika anda penasaran akan bagaimana proses atau ritual yang biasa dilakukan oleh seorang pawang hujan, berikut adalah penjelasannya berdasarkan kesaksian beberapa orang yang berprofesi sebagai pawang hujan.

Pada suku Jawa, pawang hujan biasanya membaca mantra dan aturan tertulis di kitab Primbon. Dan tidak semua orang bisa mengikuti aturan tersebut dan menjadi dukun hujan yang sukses. Dalam kitab Primbon tertulis beberapa macam mantra untuk memindahkan atau menghentikan hujan. Mantra tersebut diyakini sebagai kesepakatan antara nenek moyang orang Jawa dengan makhluk dunia lain, terutama makhluk halus.

Pawang hujan umumnya mulai bekerja dengan ritual tertentu sekitar tujuh hari sebelum hari tugas. Seperti, pawang hujan tidak boleh tidur di bawah atap. Mereka harus tidur di bawah langit. Jika selama ritual ini terjadi hujan, mereka harus tidur di bawah guyuran hujan dan tidak boleh bergerak atau berteduh.

Mereka juga harus puasa selama empat hari. Pada hari pertama puasa, mereka harus mengikuti aturan makan dan minum hanya tiga sendok nasi dan tiga teguk saat berbuka. Pada hari kedua puasa, pawang hujan hanya boleh makan dua sendok nasi dan dua teguk minuman saat berbuka. Pada hari ketiga, mereka hanya perlu mengambil satu sendok dan satu teguk minuman. Kemudian, pada hari terakhir sebelum hari tugas, mereka harus berpuasa selama 24 jam.

Selama waktu puasa dan ritual lainnya, dukun harus membaca mantra khusus setiap hari. Mereka juga melakukan sholat khusus dan harus mandi dari tujuh mata air yang berbeda setelah matahari terbenam sampai matahari terbit sebelum hari tugas.

Pada hari tugas, dukun hujan harus pandai membaca pergerakan awan. Jika awan bergerak lambat, mereka dapat dengan mudah memindahkan awan ke tempat lain. Tapi, jika awan terlalu berat pindah ke tempat mereka, mereka harus menyerah. Mereka harus menanam dupa selama hari tugas dan membaca mantra secara teratur.

Sementara bagi orang Indonesia keturunan Tionghoa yang beragama Buddha, pawang hujannya memiliki ritual tersendiri. Pawang hujan keturuan Tionghoa memulai dengan memohon kepada Yang Maha Kuasa atas izin untuk melakukan ritual ini dengan sukses. Pawang hujan akan memanggil para dewa, termasuk dewa Bumi, penjaga lokasi acara dan Prabu Siliwangi [Raja mitos Hindu yang berubah menjadi harimau untuk menghindari pertumpahan darah dengan keluarganya].

Lalu pada lokasi acara pawang hujan akan memeriksa arah angin dengan menggunakan papan kompas yang memiliki panah berbeda warna. Bagian utara dicat dengan warna hitam yang artinya adalah arah yang akan digunakan untuk mengalihkan hujan. Hujan biasanya mengarah ke laut. Panah merah melambangkan gunung berapi. Panah kuning melambangkan bumi.

Tidak lupa, pawang hujan juga memberikan sesaji teh hijau manis, kopi manis, dan kopi hitam. 3 jenis buah-buahan. Tapi sesajen ini digunakan hanya ketika hujan akan deras. Membakar dupa yang tahan sekitar 4 jam dan lampu minyak yang melambangkan lampu sehingga semuanya akan berjalan lancar. Dan membakar uang kertas palsu sebagai persembahan yang merupakan bagian dari kebanyakan ritual orang Tionghua.

Pawang hujan Tionghoa juga harus berpuasa. Dan kalau batal hujan bakal turun deras. Saat sedang tidak bertugas , pawang hujan harus terus rajin bermeditasi dan mengucapkan banyak mantra dari kitab suci Buddhis untuk ‘mengisi ulang’ energi.

By admin

RSS
Follow by Email