BERITA TREND MASA KINI – Gangguan stres pasca trauma atau Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kejiwaan yang mungkin terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa atau keadaan traumatis. Yang kita ketahui, PTSD sering dialami oleh para tentara pasca peperangan atau penugasan, namun PTSD juga dapat dialami oleh korban bencana alam, kecelakaan serius, aksi teroris, pemerkosaan/pelecehan seksual, trauma sejarah, kekerasan dan intimidasi oleh pasangan.
Sebuah hubungan yang dipenuhi dengan kekerasan dapat menimbulkan banyak kerugian bagi kesehatan emosional dan mental seseorang. Ciri-ciri hubungan yang toxic antara lain adalah:
- Pasangan sering mengkritik atau merendahkan Anda
- Pasangan mencoba mengendalikan atau memanipulasi Anda untuk melakukan apa yang mereka inginkan
- Pasangan menjadi kasar secara fisik atau seksual
- Pasangan melakukan pelecehan seksual, termasuk pemerkosaan atau pemaksaan seksual
- Pasangan melakukan pelecehan emosional, termasuk gaslighting, manipulasi, atau kontrol
Perilaku ini bisa sangat menyakitkan karena dilakukan oleh orang yang dikasihi atau dicintai. Hal-hal tersebut dapat menghancurkan rasa aman, mengurangi rasa percaya diri dan harga diri, serta menjadi sulit memercayai orang lain.
Dalam upaya untuk lebih mengenali dan mengatasi jenis trauma khusus ini, para ahli telah memperkenalkan konsep sindrom hubungan pasca-trauma atau Post-Traumatic Relationship Syndrome (PTRS). Orang yang mengalami pelecehan fisik, seksual, atau emosional dalam hubungan intim mungkin memiliki respons yang sangat berbeda terhadap trauma dibandingkan orang yang mengalami peristiwa traumatis lainnya.
Perbedaan antara PTRS dan PTSD
Gejala PTSDĀ terbagi dalam empat kategori:
- Mengalami kembali/ re-experiencing
- Penghindaran/ avoidance
- Kewaspadaan, dan
- Kognisi dan suasana hati
Orang yang hidup dengan PTSD sering kali berpindah-pindah antara dua kondisi yang berbeda. Kilas balik, ingatan, dan pikiran yang mengganggu membawa trauma ke dalam kesadaran seseorang, mengembalikan orang tersebut ke keadaan krisis. Sebagai tanggapan, seseorang mulai menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut, umumnya untuk menghindari terpicunya ingatan tersebut.
Sementara orang-orang dengan PTRS mungkin tidak dapat menghindari kenangan atau pengingat akan hubungan traumatis, dan tetap menyadari sepenuhnya apa yang terjadi karena tidak bisa mematikan rasa terhadap tekanan yang ada. Berikut adalah gejala yang biasa dialami seseorang pasca trauma atau pelecehan dalam hubungan toxic:
- Merasa tidak pantas mendapatkan hubungan yang sehat
- Secara tidak sadar merasa tertarik pada dinamika yang tidak sehat dan berakhir dalam hubungan yang penuh kekerasan
- Kesulitan mempercayai orang yang dicintai dan pasangan romantis baru
- Merasa cemas dan tidak aman dalam hubungan baru
- Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi
- Kurang dukungan dari orang-orang terkasih yang tidak mengetahui atau memahami apa yang terjadi
- Mengasingkan diri sebagai respons terhadap perasaan malu atau menyalahkan diri sendiri
- Kehilangan minat pada seks atau merasa tidak mampu berhubungan seks
Membiarkan kondisi ini berlarut-larut tanpa usaha untuk memperbaiknya hanya akan menghasilkan dampak yang lebih buruk. Merasa tidak bisa berbagi apa yang terjadi dengan orang lain bisa membuat Anda terisolasi dan sendirian. Ketakutan terus-menerus yang muncul akibat trauma membuat Anda rentan dan stres hingga mencapai titik kelelahan atau burn out. Dan pada akhirnya semua itu akan mempengaruhi kualitas hidup Anda dan cara Anda melihat dunia secara keseluruhan. Serta mengancam hubungan Anda dengan keluarga, teman atau calon pasangan romantis berikutnya.
Menyembuhkan dan memulihkan diri dari trauma bisa menjadi pekerjaan yang cukup menantang. Sementara untuk terbuka kepada orang lain tentang yang dialami terasa sama menakutkanya. Namun menemui terapis adalah cara yang sangat dianjurkan untuk mendapatkan dukungan dalam upaya pemulihan diri.
Terapi dapat membantu Anda:
- Mengatasi perasaan menyalahkan diri sendiri dan rasa bersalah
- Memahami pelecehan itu bukan kesalahan Anda
- Memproses perasaan marah dan takut
- Mengatasi gejala kesehatan mental terkait, termasuk kecemasan atau depresi
- Mengatasi masalah ketidakamanan dan kepercayaan yang masih ada
- Mendapatkan dan mengembangkan sistem pendukung atau support system yang sehat