BERITA TREND MASA KINI – Anda pasti pernah mendengar tentang fenomena procrastination, yaitu tindakan atau kebiasaan menunda tugas atau pekerjaan sampai menit terakhir, atau melewati tenggat waktu yang seharusnya yang berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif. Tapi apakah Anda mengetahui atau pernah mendengar tentang PREcrastination, yang merupakan kebalikan dari procrastination?

Precrastination didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mengeluarkan usaha ekstra untuk menyelesaikan sesuatu secepat mungkin. Seperti menjawab email terlalu cepat, menyerahkan tugas makalah sebelum dipoles, atau, dalam skala yang lebih besar, terburu-buru menghakimi orang lain atau bahkan siap ‘berperang’ hanya demi untuk membalas dendam. Menurut pemahamam perihal perilaku, ini merupakan keinginan untuk bertindak demi bertindak itu sendiri. A disire to act just for the sake of acting itself.

Kita semua pasti pernah melakukan baik itu precrastination dan procrastination. Kebiasaan procrastination atau menunda-nunda sudah jelas dan terbukti berrdampak negatif. Lalu bagaimana dengan precrastination? Apakah kita terburu-buru untuk menyelesaikan sesuatu karena kita ingin bertindak secepat mungkin dan khawatir tentang hal yang lain kemudian, atau apakah kita ingin segera membuat keputusan sehingga kita tidak perlu khawatir tentang hal itu nanti?

Untuk mendapatkan jawabnnya, sekelompok tim psikolog di University of California, Riverside, yang dipimpin oleh David A. Rosenbaum, seorang profesor psikologi terkemuka melakukan sebuah eksperimen yang mengukur waktu reaksi ketika peserta penelitian diminta untuk memilih antara dua kemungkinan: Berpikir sebelum bertindak atau bertindak demi bertindak itu sendiri.

Peserta diminta untuk membuat keputusan ya-tidak pada tugas, yang melibatkan serangkaian angka yang ditunjukkan kepada mereka. Mereka kemudian diminta untuk membuat keputusan ya-tidak lagi jika mereka berubah pikiran. Para peneliti menemukan waktu reaksi tanggapan pertama lebih lama daripada waktu reaksi tanggapan kedua. Dengan kata lain, orang cenderung berpikir sebelum bertindak daripada bertindak sebelum berpikir. Yang membawa kepada kesimpulan bahwa orang cenderung ingin mengambil keputusan sesegera mungkin daripada bertindak cepat dan kemudian harus berpikir atau memikirkan kembali. Ini menunjukkan bahwa meskipun orang-orang terlibat dalam pengambilan keputusan yang tampaknya impulsif, mereka sebenarnya cenderung untuk membatasinya.

Rosenbaum mengatakan lebih jauh bahwa Precrastination mengajarkan sesuatu pada kita semua di masa-masa pandemi. Kita semua ingin COVID-19 segera berakhir dan melakukannya dengan precrastiantion. Melepaskan masker terlalu cepat meski sebenarnya virus belum benar-benar hilang dari muka bumi. Sebenarnya tanpa kita sadari setiap aktivitas kita dipengaruhi oleh procrastination dan precrastination. Memahami arti keduanya dapat membantu kita dalam membuat keputusan sehari-hari.

 

By admin

RSS
Follow by Email