BERITA TREND MASA KINI – Auckland City Football Club telah berkompetisi dalam 10 turnamen dan menjadi peserta tetap di FIFA Piala Dunia Antarklub. Pada turnamen tahun ini tim Kiwi tersebut memainkan tiga pertandingan dalam satu grup dengan Bayern Munich, Benfica, dan Boca Juniors. Menariknya, sebagian besar pasukannya terdiri dari pemain yang menyeimbangkan komitmen sepak bola dengan pekerjaan mereka dan sebagian lainnya masih menyelesaikan studi universitas sambil bekerja paruh waktu.
Auckland City FC bermarkas di pinggiran kota Sandringham di Auckland, Selandia Baru. Klub sepak bola ini didirikan pada tahun 2004 setelah dimulainya Kejuaraan Sepak Bola Selandia Baru. Klub ini adalah yang paling sukses di Oseania setelah memenangkan sepuluh Kejuaraan Sepak Bola Selandia Baru dan 13 gelar Liga Champions OFC. Oleh karena itulah klub ini menjadi peserta tetap di Piala Dunia Antarklub FIFA. Pada turnamen tahun 2014 klub ini bahkan berhasil finis di posisi ketiga.
Skuad Auckland City FC beranggotakan orang-orang dengan pekerjaan seperti guru, pengemudi pengiriman, hingga pedagang. Salah satu diantara mereka adalah Conor Tracey, sang penjaga gawang yang juga bekerja sebagai pengawas di gudang perlengkapan hewan. Tugasnya adalah mengawasi distribusi obat-obatan, nutrisi, dan obat-obatan terlarang ke dokter hewan di seluruh Selandia Baru. Sebelum bergabung dengan perusahaan tersebut, ia memberi tahu mereka tentang komitmennya pada sepak bola dan mereka tetap merekrutnya. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, ia mengambil tanggung jawab tambahan dan menambah waktu lembur sebagai kompensasi cuti yang ia ambil untuk bisa bepartisipasi di ajang prestisius FIFA.
Auckland City FC yang berada di Grup C, kalah 0-10 dari FC Bayern Munich dan 0-6 dari SL Benfica dan secara mengejutkan sukses meraih hasil imbang 1-1 yang bersejarah melawan Boca Juniors di pertandingan terakhir babak penyisihan grup. Auckland memperoleh $3,58 juta USD untuk berpartisipasi dalam kompetisi tersebut dan $1 juta USD lainnya untuk mengamankan hasil imbang dengan Boca Juniors.
Meski finis di dasar klasemen Group C dan gagal melaju, tim asal Selandia Baru itu pulang dengan penuh kebanggaan. Manajer klub Paul Posa menegaskan, timnya “sangat gembira” dengan pencapaian tersebut.
“Klub kami kecil tetapi memiliki hati yang besar.
“Kami mendapatkan sesuatu hari ini dari turnamen, yang merupakan hadiah yang pantas bagi semua orang yang telah bekerja di balik layar.”