BERITA TREND MASA KINI – Tidak seorang pun tahu nama pria itu atau bahasa yang ia gunakan. Beberapa orang memanggilnya ‘Manusia Lubang’ karena kegemarannya menggali lubang yang ia gunakan untuk menjebak mangsa atau tempatnya bersembunyi dari orang-orang yang berniat mangsanya.
Dan beberapa orang lainnya memanggilnya ‘manusia paling kesepian di dunia’. Panggilan ini rasanya lebih tepat karena kenyataannya ia menghabiskan separuh hidupnya sendirian sementara semua keluarga dan teman-temannya telah dibantai.
Di jantung hutan hujan Brasil yang luas, pria itu hidup sendirian dan tidak pernah berhubungan dengan dunia luar selama 26 tahun. Diyakini pria itu merupakan orang terakhir dari sukunya. Ia terpaksa berjuang sendiri setelah ia menjadi satu-satunya yang selamat dari pembantaian brutal yang memusnahkan sukunya yang diyakini dibunuh pada tahun 1970-an dan 1980-an oleh peternak serakah yang berniat menguasai hutan tempat mereka tinggal. Para peternak meracuni sukunya dengan kejam dengan meninggalkan gula yang dicampur dengan racun tikus.
Hidup dalam keterasingan total pria itu dimulai pada tahun 1990-an, ketika enam anggota terakhir yang tersisa ditembak mati. Kegiatan pria itu antara lain berburu, membuat peralatan, dan bahkan membangun rumah untuk dirinya sendiri dari pohon palem. Diyakini ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berburu burung, monyet, dan babi dengan busur dan anak panah andalannya dan menanam jagung dan pepaya di sekitar gubuknya.
Badan Urusan Indian Pemerintah Brasil (FUNAI) telah diam-diam mengawasinya dari kejauhan di wilayah adat Tanaru di negara bagian Rondonia. Pada tahun 1996, seorang juru kamera yang mendampingi para pejabat FUNAI menangkap sekilas momen langka dari pria itu dalam film: matanya yang ketakutan menatap keluar dari gubuk jerami tempat ia bersembunyi di dekat api unggun. Ia tidak bersuara, bahkan saat ia menusukkan tongkat kayu tajam ke dinding gubuk untuk menakut-nakuti para pengunjung.
Selama bertahun-tahun, tim FUNAI memasuki wilayahnya bersama anggota suku tetangga untuk mencari tahu bahasa yang digunakannya dan mempelajari lebih lanjut tentangnya. Namun, pria itu terang-terangan menunjukkan bahwa ia tidak ingin berhubungan dengan siapa pun, bahkan pernah melukai tim FUNAI dengan menembak mereka menggunakan anak panah. Sejak itu, para peneliti membatasi kunjungan mereka hanya untuk memeriksa apakah ia masih hidup.
Pada tahun 2009, petugas perlindungan yang sedang melakukan patroli rutin di daerah tersebut menemukan selongsong peluru senapan kosong di tanah. Diduga bahwa para peternak yang ingin menguasai htan telah membayar para pemburu untuk membunuhnya. Namun, jelas mereka gagal karena pada tahun 2018 ia kembali tertangkap kamera ketika sedang menebang pohon besar dengan benda menyerupai kapak.
Pria itu akhirnya meninggal pada bulan Agustus 2022. Pihak berwenang menemukan jasadnya tergeletak di tempat tidur gantung di luar tempat tinggalnya yang beratap rumbia. Usianya diperkirakan 60 tahun saat itu. Dan ia tampaknya tahu ajalnya akan tiba saat karena ia menutupi tubuhnya dengan bulu burung macaw yang berwarna cerah. Bulu burung macaw merupakan tanda kesuburan dan penyembuhan dalam budaya adat, jadi mungkin di saat-saat terakhirnya ia mencoba menyembuhkan dirinya dari suatu penyakit. Atau mungkin ia ingin harta bendanya yang paling berharga berada di dekatnya saat ia meninggal. Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Pria paling kesepian di dunia itu telah meninggal dengan tenang karena sebab alamiah.