BERITA TREND MASA KINI – Istilah duck syndrome atau sindrom bebek berasal dari gambaran seekor bebek yang terlihat meluncur dengan tenang dan mudah padahal dibawah permukaan air, kaki bebek tersebut mengayuh dengan sekuat tenaga. Seperti gambarannya, sindrom ini terjadi ketika seorang mencoba dan menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna tetapi dibalik semua itu individu tersebut harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan segalanya.
Istilah sindrom bebek pertama kali digunakan di Universitas Stanford, Amerika Serikat dan merupakan standar di kalangan mahasiswa dan mahasiswa pascasarjana. Delapan puluh tujuh persen mahasiswa melaporkan merasa kewalahan dengan tanggung jawab mereka. Mereka meletakkan tekanan pada diri mereka sendiri untuk berhasil atau merasa bahwa mereka harus memenuhi harapan yang tinggi. Tapi sindrom bebek bisa dialami oleh siapa saja, tidak terbatas hanya pada kalangan mahasiswa atau pelajar.
Ciri-ciri sindrom bebek meliputi:
- Merasa kewalahan atau seperti semua hal berada di luar kendali.
- Kesulitan menenangkan pikiran.
- Merasa buruk tentang diri sendiri, kesepian, atau membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan percaya bahwa orang lain lebih baik.
- Merasa gugup.
- Gejala fisik termasuk energi rendah, sulit tidur, ketegangan otot, gigi terkatup, mual, atau mulut kering.
- Gejala kognitif termasuk terus-menerus khawatir, pelupa, kesulitan fokus, dan penilaian yang buruk.
- Perubahan perilaku termasuk perubahan nafsu makan, penundaan, peningkatan penggunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan, atau perilaku gugup seperti gelisah atau menggigit kuku.
Sindrom bebek juga banyak ditemukan pada orang-orang yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang sangat mengutamakan pencapaian atau gaya asuh yang terlalu protektif.
Meski tidak ada kriteria-kriteria resmi untuk mendiagnosis sindrom bebek, namun, layaknya kondisi kesehatan mental sejenis seperti kecemasan dan depresi, pemeriksaan lebih lanjut dengan terapis atau dokter dapat dilakukan.
Para ahli menyarankan untuk segera menemui terapis atau dokter jika Anda memiliki gejala kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya, contohnya khawatir berlebihan sehingga mengganggu hubungan, sekolah, pekerjaan, atau bidang kehidupan lainnya. Atau tanda-tanda depresi seperti perasaan sedih atau putus asa; kehilangan minat dalam kegiatan yang menyenangkan; gangguan tidur; kesulitan berpikir atau berkonsentrasi; perasaan tidak berharga, bersalah, atau gagal; perubahan nafsu makan atau berat badan yang signifikan; atau pemikiran bunuh diri.
Selain pergi ke terapis atau dokter, ada langkah-langkah proaktif yang dapat dicoba seperti dibawah ini:
- Manajemen waktu: Misalnya, menggunakan perencana dan membuat rencana harian, mingguan, bulanan yang dapat membantu Anda menghindari hal-hal yang tidak terduga dan merencanakan apa yang perlu Anda lakukan agar tidak merasa kewalahan.
- Melakukan kegiatan santai atau menyenangkan: Meluangkan waktu (dan tidak merasa bersalah tentang hal itu) untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai dapat mencegah stres dan meningkatkan suasana hati.
- Cintai dan rawat diri: Cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri. Jika Anda merasa kewalahan, gugup, stres, atau sedih, cobalah untuk menyadari perasaan-perasaan yang muncul dan mulai buat rencana bagaimana Anda bisa keluar dari semua itu. Bukannya mengabaikan atau membiarkan semakin berlarut-larut.
- Jaga kesehatan fisik Anda: Makan makanan sehat dan bergizi secara teratur dapat membantu Anda merasa lebih baik. Hidrasi, membatasi asupan kafein, meningkatkan aktivitas fisik dapat membantu mengelola stres dan melepaskan endorfin. Tidur teratur, nyenyak dan cukup juga amat penting.
- Utarakan perasaan Anda: Bersikap jujur dan terbuka tentang perasaan Anda dapat memberikan sedikit kelegaan bagi Anda. Ini juga dapat membantu orang lain untuk memahami Anda atau memberikan dukungan atau pertolongan yang Anda mungkin butuhkan.