BERITA TREND MASA KINI – Socrates mengatakan bahwa kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak layak untuk dijalani. Bahwa jika kita tidak memperhatikan mengapa kita hidup dengan cara tertentu dibandingkan dengan cara lain, kita berisiko “salah menjalani” satu-satunya hidup kita, sampai pada akhirnya, di ranjang kematian, kita diliputi oleh penyesalan atau berpikir kita telah menyia-nyiakannya.
Filsafat hidup didefinisikan sebagai memiliki, minimal, dua komponen, yakni metafisika dan etika. Metafisika adalah penjelasan tentang bagaimana dunia bersatu. Misalnya, penganut paham Epikuros berpendapat bahwa dunia terdiri dari atom-atom yang saling bertabrakan secara acak, sementara penganut paham Stoa percaya pada alam semesta yang teratur dan deterministik yang diatur oleh hukum sebab dan akibat.
Sementara etika adalah penjelasan tentang bagaimana kita seharusnya hidup di dunia. Contohnya, umat Buddha mengikuti jalan beruas delapan: pandangan benar, niat yang benar, ucapan yang benar, perilaku yang benar, penghidupan yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar dan samadhi yang benar (berlatih meditasi).
Memang cukup banyak filsafat yang ada dan dipercayai oleh manusia di muka bumi ini. Filsafat kuno dari Timur (Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme); filsafat kuno dari Barat (Aristotelianisme, Stoicisme, Epicureanisme); tradisi keagamaan (Hindu, Yudaisme, Kristen, Islam, Budaya Etis); dan filsafat modern (Eksistensialisme, Pragmatisme, Altruisme Efektif, dan Humanisme Sekuler). Tapi bagian dari menjadi dewasa adalah mengambil tanggung jawab atas pilihan kita sendiri dan menempa jalan hidup kita masing-masing.
Orang Jepang secara konsisten diakui sebagai orang yang hidup paling lama dan paling bahagia di dunia, dengan 1 dari setiap 1.450 orang Jepang berusia di atas 100 tahun! Jadi tidak berlebihan apabila kita lalu menjadikan Jepang sebagai inspirasi. Berikut adalah 5 konsep filosofis Jepang yang dapat mengubah pendekatan Anda terhadap kehidupan.
- Ikigai
Ikigai adalah konsep Jepang yang berarti ‘alasan keberadaan’ Anda. ‘Iki’ dalam bahasa Jepang berarti ‘kehidupan’, dan ‘gai’ menggambarkan nilai atau nilai. Ikigai Anda adalah tujuan hidup atau kebahagiaan Anda. Itulah yang membuat Anda gembira dan menginspirasi Anda untuk bangun dari tempat tidur setiap hari. Ikigai banyak mempengaruhi cara hidup orang Jepang. Beberapa orang bahkan percaya bahwa itulah alasan kebahagiaan dan umur panjang mereka. Tidak heran budaya barat memilih untuk mengadopsinya sebagai cara mereka menemukan karier yang bermakna.
Empat kualitas Ikigai:
- Apa yang Anda sukai
- Apa yang Anda kuasai
- Untuk apa Anda bisa dibayar
- Apa yang dibutuhkan dunia
Ketika Anda mengetahui ikigai Anda dan memahami maknanya, Anda selaras dengan pekerjaan yang sudah lama Anda rindukan dan pekerjaan yang dunia ingin Anda lakukan.
2. Kaizen
Kaizen adalah istilah Jepang yang berarti “perubahan baik”, “perubahan menjadi lebih baik”, atau “perbaikan”. Kaizen mempromosikan pola pikir di mana perubahan kecil akan berdampak seiring berjalannya waktu. Alih-alih membuat perubahan signifikan dalam semalam, Jepang mengadopsi pendekatan jangka panjang yang secara sistematis berupaya mencapai perubahan kecil dan bertahap dalam proses guna meningkatkan efisiensi dan kualitas.
Kaizen melihat peningkatan produktivitas sebagai proses bertahap dan metodis, dan ini dapat diterapkan pada lingkungan profesional maupun pribadi. Tidak ada obat ajaib atau kesuksesan dalam semalam. Daripada mencoba melakukan perubahan radikal dalam hidup, Anda sebaiknya memulai dengan perbaikan kecil setiap hari.
3. Uketamo
Uketamo artinya “Saya dengan rendah hati menerima dengan hati terbuka.” Ini adalah filsafat yang dianut oleh para biksu Yamabushi yang tinggal di Dewa Sanzan, sebuah pegunungan di utara Jepang. Mereka percaya, semakin cepat Anda menerima semua baik dan buruk kehidupan yang menghampiri Anda, perasaan Anda akan semakin ringan.
Inti dari Uketamo adalah untuk memberi Anda kesadaran dan penerimaan yang mendalam akan momen saat ini dan kebebasan dari penderitaan yang diakibatkan oleh keinginan terus-menerus untuk menjadi lebih baik.
4. Wabi Sabi
Istilah wabi sabi terdiri dari dua karakter kanji. Bagian kedua, sabi (寂) dikatakan berasal dari abad kedelapan, ketika digunakan untuk menunjukkan kehancuran dalam cara yang puitis. Sejak abad ke-12, istilah ini berkembang dan merujuk lebih tepatnya pada perenungan yang menyenangkan terhadap apa yang sudah tua dan usang. Itu juga digunakan untuk berbicara tentang keindahan benda yang pudar atau layu. Sabi juga bisa berarti “tua dan anggun”, atau “berkarat”, dengan kesan kedamaian yang tidak dapat diterjemahkan.
Wabi (侘) baru muncul pada abad kelima belas untuk menunjukkan kepekaan estetika baru yang berkaitan erat dengan upacara minum teh, yang mengacu pada suasana umum dan benda-benda yang digunakan selama upacara formal tersebut. Pengertian wabi dapat ditelusuri kembali ke kesepian atau melankolis, hingga apresiasi terhadap kehidupan yang tenteram, jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Istilah wabi sabi (侘寂) bagi orang Jepang adalah perasaan, lebih dari sekedar konsep. Wabi sabi adalah segala sesuatu yang bertolak belakang dengan konsumsi berlebihan pada masa kini. Wabi sabi mendorong kesederhanaan dan keaslian dalam segala hal.
5. Oubaitori
Oubaitori biasanya ditulis dengan empat karakter kanji: 桜梅桃李. Setiap karakter mewakili jenis bunga yang berbeda: ceri, aprikot, persik, dan prem. Semuanya berbeda, dan semuanya luar biasa dengan caranya masing-masing, tanpa perlu perbandingan. Sama seperti pohon yang mekar secara berbeda, manusia juga demikian.
Oubaitori mewujudkan semangat untuk tidak membandingkan diri sendiri. Ide di balik Oubaitori adalah jangan fokus pada kekurangan Anda, namun rayakan semua hal yang Anda miliki (kekuatan dan kemampuan Anda) dalam kelimpahan. Ini akan membantu Anda menjalani hidup yang lebih bahagia, bebas dari rasa cemas akan perbandingan dan keraguan diri.